Senja tadi seperti kemarin. Debur ombak berlomba mencipta buih menuju pantai. Kau rebah di dekapku sedang degup jantung di dada kiri berdetak ikuti irama. Ada gurat senyum awan di bibirmu. Tanpa kata. Cuma mata yang bicara. Pada temaram sorot pandang, jelas kutangkap binar cahaya. Matamu: bintang, bertaburan di setiap sudut langitku. Selayak mahkota dewi yang bertahta do'a para dewa: mantra asa yang diucapkan bumi kepada matahari setiap pagi dan petang. Menjadi pedang, merobek segala angkuh selimut jiwa. Hingga telanjang segenap rasa yang ada.
Kau tahu, atas namamu: altar puja tak pernah sunyi. Aroma dupa semerbak di udara, menyatu dengan harum kayu tubuhmu. Peluhmu? Bunga: mewangi di atas batu abadi. Seperti wangi hujan di malam hari, jatuh tanpa ragu di telaga hati.
Demi segala yang kukasihi, sesuatu telah terjadi di sini. Sejak mengenalmu pertama kali. Tercipta riuh dalam sepi di istana bidadari. Istana yang senantiasa kukunjungi dengan kendara fajar saat malam hampir usai. Aku mencarimu di sana. Pun desahku, memanggil namamu.
Dan dengarlah kini puan, sebaris kata yang kubisikkan pada angin malam ini. Kata yang tak sengaja sampai pada indera purnama. Kata yang membuatnya malu, lalu sembunyi di sebalik awan. Sajak jiwaku yang merindu jiwamu, sedang kata itu adalah abadi.
Sebab kau agung di mataku
: maka dengan ini, aku mencintaimu.
2011
Bait Rindu Lelaki Sepi
ZAIN AL AHMAD
Kau tahu, atas namamu: altar puja tak pernah sunyi. Aroma dupa semerbak di udara, menyatu dengan harum kayu tubuhmu. Peluhmu? Bunga: mewangi di atas batu abadi. Seperti wangi hujan di malam hari, jatuh tanpa ragu di telaga hati.
Demi segala yang kukasihi, sesuatu telah terjadi di sini. Sejak mengenalmu pertama kali. Tercipta riuh dalam sepi di istana bidadari. Istana yang senantiasa kukunjungi dengan kendara fajar saat malam hampir usai. Aku mencarimu di sana. Pun desahku, memanggil namamu.
Lalu bagaimana mungkin aku melupa? Jika kecupmu enggan hilang jejaknya. Resap melampaui sekat angan. Menjelma kenang yang tak berkesudahan. Kau telah menjadi bagian hidupku. "Pun aku.." katamu. Duh.. Kokoh jiwamu mengusir ragu. Syahdu kasihmu membasuh luka. "Usah ada pilu, walau rindu membiru.." harapku.
Dan dengarlah kini puan, sebaris kata yang kubisikkan pada angin malam ini. Kata yang tak sengaja sampai pada indera purnama. Kata yang membuatnya malu, lalu sembunyi di sebalik awan. Sajak jiwaku yang merindu jiwamu, sedang kata itu adalah abadi.
Sebab kau agung di mataku
: maka dengan ini, aku mencintaimu.
2011
Bait Rindu Lelaki Sepi
ZAIN AL AHMAD
No comments:
Post a Comment