February 11, 2010

Jika malam...

Kawan, duduk di sini, simpan dulu puisi itu, letakkan di rak emas berwarna jingga di sudut sana, lalu dengarkan ceritaku tentang malam yang pernah kudengar dari para tetua. Sebuah kisah tentang kidung sendu yang mendayu pun berhias kelam di bawah temaram.

Kawan, jika malam mempunyai mata maka sorotnya yang tajam sanggup menembus jiwa, beku segala yang tersapu. Matanya indah, membuat mabuk setiap insan yang menghuni.

Kawan, jika malam memiliki rambut tentu rambutnya panjang tergerai lebat dan menghitam. Wangi semerbak yang menyeruak saat ia tersibak senantiasa menyesatkan pemujanya seperti belantara rindu yang dipenuhi ribu perdu menggunung.

Lalu jika malam berjenis kelamin, sungguh ia pasti wanita. Saat ia bersolek dan bergelayut manja di depan cermin, pun bila ia melenggok rebah di peraduannya. Setiap lekuk tubuhnya mampu merubah sepah menjadi isi, sedemikian hingga meruntuhkan tatanan keangkuhan.

Kawan, jika malam kini telah nyata di hadapmu. Lekas pulang! Gubah seribu puisi tentangnya lalu biarkan bait-bait syair sumir merekah di benakmu hingga kau terlelap dalam dekapan gaib.

Tolitoli, Februari 2010

No comments:

Post a Comment