Tahukah? bahtera yang mengantar aku ke sini telah dengan sengaja terbakar olehku, terbakar hingga menjadi abu; agar tidak ada lagi jalan untuk kembali, tidak ada lagi alasan untuk lari, tidak ada lagi kata tentang pergi, kerna kaulah kini tempat yang kusebut pulang. Peta perjalananku kuhentikan sampai di sini, ingin selama mungkin berada di sisimu sampai nanti tulang belulangku mengabu dan menyatu dengan udara yang kau hirup.

Akulah lelakimu, lelaki yang kau lafadzkan namanya ketika mengeja "kita", yang tengah hidup di dalammu sedang kau hidup di dalamnya, yang telah menjatuhkan pilihan untuk mukim di pantaimu, yang telah membangun telaga kasih di pelataran hatimu, yang mencurahkan cinta tanpa harus mengusai atau merubahmu, yang memuja senyum dan tawa punya kamu namun memberikan cukup ruang untuk isak duka pun tangis milikmu, yang mendekap kokoh jiwamu seraya meresap ke setiap helai rapuhnya, yang menjadi cermin untuk memuji indahmu sembari membantu mengenali kelemahanmu, serta lelaki yang mendekap gelapmu sambil menjaga terangmu agar tetap terang menerangi, hingga riuh perubahan musim dalam hujan dan teriknya tidak lagi menjadi masalah bagimu.
Ya, akulah lelakimu.
Kerna kau Schatzi, ratu di kerajaan gelapku.
@sabdabumi
No comments:
Post a Comment