February 2, 2011

Kisah Jingga di Akhir Petang

TIDAKLAH aku menulis puisi kecuali hanya jika sedang ingin bernyanyi - nyanyikan lagu rindu di hati - tentang cinta yang kataku telah kuberikan padamu kemarin pagi saat kita baku pegang tangan di bawah temaram bias aurora.

Dengarlah kini nyanyian rinduku, serupa kisah jingga di akhir petang saat mega-mega yang berarak perlahan pupus merahnya. Lalu duduk di sini dan jelaskan padaku mengapa setiap lekuk mega yang menggurat di langitmu selalu dapat hadirkan sendu yang kini tengah menjadi sesuatu di hatiku.

Aih, malam datang mendekap bawa gelap ke dalam terang, menambah gelap dalam gelapku, semakin gelap dan memekat. Untung saja ada kamu di sini membuat gelap menjelma cahaya.

Pun kulihat kau malu-malu di sebalik dekap gemintang merah; ialah bintang yang pendar cahaya saganya meremah di wajahmu yang kusuka itu, sedang senyummu membias indah di sudut kenang kala senja melangkah pergi.

Tahukah? pada setiap helai gelapku menjelma rindu padamu. kerna kau, kegelapan yang bercahaya.

@sabdabumi

No comments:

Post a Comment