March 3, 2011

Bila Tokek Kebelet Kawin [Kotek #2nd]

TELAH berlalu tiga puasa pun tiga lebaran namun Kodok tak jua kunjung melamar. Resah hati Tokek meremang dalam gamang akankah kekasih tegaskan cinta.

Pun dalam gundah yang membuncah di tepi empang cinta saat senja mulai memerah, Tokek terlihat gelisah dalam lamun. Kodok datang menghampiri..

"Rupanya langit sedang mendung, ada gerimis yang membayang. Duhai sayang kenapa murung, ada apa gerangan?" ujar Kodok melempar pantun, yang tertimpuk pantun indah itu hanya tersenyum tanpa garam dengan sedikit asam jawa di wajahnya.

"Kemana ajh kamu? Koq baru muncul.." ketusnya. "Aku selalu ada, menunggu panggilan dari hatimu sayang.." jawab Kodok mesra. "Ich, gombal! Hatiku bukan ruang tunggu dokter kandungan tauk..!" balas Tokek sengit.

Ahai, Kodok tercekat.

Namun bukan Kodok namanya jika menyerah begitu saja. "Aku harus memenangkan hati kekasihku!" sugesti Kodok di dalam hati. "Semangaaaat..!!" teriak hatinya begitu keras sampai memerah cuping hidungnya.
"Sayang, kau erat lekat di dinding hati..," rayu Kodok.
"Aku ini Tokek, lekat di batu, pohon dan dinding kerjaku, bukan di hati. Kau lupa?"
"Aku rindu kamu.."
"Bohong!!"
Krak!! hati Kodok meretak, segala rayu kini tidak lagi berhasil.

Kodok limbung, ia bingung. Padahal kemarin Tokek masih manis semanis jambu monyet. Namun hari ini.. Duh, pait!

"Sayang, rinduku biru. Seperti rindumu sayang, membiru senantiasa.." rayu Kodok semakin gencar. "Yakin kamu?" tanya Tokek lugas. "Seyakin pantai pada ombak yang akan selalu datang padanya.." jawab Kodok dengan nada rendah. "Wew! Tapi koq bisa biru yia. Padahal aku mam pisang loh tadi.." ujar Tokek menimpali.

Argh! Kodok mulai gerah, ingin kuteriak hatiku menangis,  [ loh, koq jadi lagu ya.. ]
sungguh telah habis kata dari bibirku. [ Jiaah.. nyanyi lagi. Maap! ]
Namun ia, masih punya banyak stock sabar dengan berbagai rasa. Ada rasa buah: nenas dan pepaya. Ada yang halus, ada juga yang bergerigi di ja.. [Tung! Opaa.. jiaah. fokus dong malah ngiklan.. :D ]

"Sayang, merahku cinta sedang biruku rindu. Tahukah? merah biruku: kamu," mantap Kodok mulai lagi dengan jurus baru. "Hhah? upacaranya kapan sayang?" tukas Tokek berlagak duduts. "Maksudnya?" tanya Kodok dalam bingung. "Jadi ingat bendera apa gitu, hihihi.." kata Tokek sambil cekikikan seksi.

Pret! Kodok semakin kepepet, hampir seluruh rasa percaya dirinya terjambret oleh sikap Tokek yang begitu dingin. Namun masih ada harapan kerna kekasih telah mengeluarkan tawa kecilnya yang terkenal manis itu.

"Sayang, tawa kamu itu serupa setrum di dada kiriku. Bzzz bzzz.. uh, membuat desir darah menjadi tak menentu," rayu Kodok gencar. Tokek mulai bergeming namun nampak malu-malu. Mukanya memerah ijo serupa es pisang ijo yang sudah tiga hari di kulkas, ah manisnya..

"Sayang, senyum kamu itu serupa vibrator yang menggetarkan jantungku. Pun serupa vacuum cleaner yang menghisap seluruh duniaku masuk ke duniamu. Duhai sayang tersenyumlah, sedikit saja, nanti Aku buatkan perahu untukmu agar kita bisa berlayar di empang ini melihat lele dan belut yang sedang menari dan bernyanyi di dasarnya," ujar Kodok merangkai kalimat dengan sedikit terengah.

Tokek mulai mencair, luluh juga ia setelah diterjang jurus rayuan maut samber nyawa punya si Kodok. Dipeluknya sang kekasih lalu dengan manja satu pentung ia daratkan tepat di tengah kepalanya. Tung!
"Aduh, tatit sayang. Ich, kamu jahat deh"
"Biarin, itu hukumannya kerna kamu terlambat datang ke sini"
Cup!
Satu kecup mendarat pula tepat di bekas pentung kepala Kodok.
"itu buat kamu yang manis senja ini. Makasih yia sayang maaf tadi aku hanya sedang bete"

Kodok terpana, pun senyumnya mengembang lebar lalu tiba-tiba saja ia duduk di atas lutut kanannya, bersimpuh di depan Tokek kekasihnya.

"Duhai Tokek pujaan hatiku, dengarlah sayang. Hari ini, bumi dan langit saksiku juga bintang dan bulan pun lele dan belut di empang kita aku katakan padamu dengan sungguh-sungguh dan penuh keseriusan sebagai lelaki sejati, yaitu lela.."
"Stop!" teriak Tokek memotong pembicaraan Kodok.
"Kamu mau ngomong apa sayang, cepetan dunks. Langsung pada intinya saja. Aku masih harus syuting nih."
"Iya iya maaf. Berdiri di situ lagi dong. Biar kuselesaikan ya.."

Lalu Kodok kembali bersimpuh kali ini dengan air muka yang lebih serius.

"Sayang, maukah kau menikah denganku?"

***

@puteri hujan & sabdabumi

No comments:

Post a Comment