March 24, 2010

Di buku itu kusebut namaMu

Selembar daun jatuh ke bumi setelah lelah memberi udara yang kuhirup dengan percuma sebagai pembeda dosa tergenang agar pahala yang putih nampak jelas terlihat di relung berjelaga hitam.

Duhai kekasih, renggang waktu berganti namun kembara ego ini belum juga sampai kepada pulang supaya bersemayam di kelambu jingga yang membungkus kesahnya seperti pelangi yang membentang sembunyikan sendu di wajah langit setelah ruah tangisnya usai merinai.

Pupus sudah jejak embun pagi dalam retas waktu yang meranggas saat zaman sibuk mengeja masa.

Lihat ruam merah muda di sekujur rinduku saat gegunung lara membuncah di selasar rasa yang menggebu sebelum akhirnya padam dihembus logika seperti debur jeram yang menghantam bebatu kalbu yang sudah tidak melangit lagi.

Lalu dengar suara berbisik di buku nafasku yang berundak terbiar senyap membekap rekah angkuh sabda sang jahil yang berderet memberi sembilu di jemari sepi perih terkepal, yang berbaris menebar noktah noda semu kemunafikan, yang berbondong mendobrak dinding ringkih kerapuhan akal dan yang berarak mendesak nurani sampai jauh hingga ke tepi agar hatiku tidak lagi menjadi onggokan nista tanah batu biar hilang sesak yang terkecap pada setiap ruangnya.

Duhai kekasih, di buku itu kusebut namaMu.

Tolitoli, Maret 2010

2 comments:

  1. dalam buku ituh kau sebut nama siapa??????
    seseorang atau sesuatu??????

    ReplyDelete
  2. buku di sini bukan kitab... tp bukubuku seperti pada jari atau pada bambu.

    "Lalu dengar suara berbisik di buku buku nafasmu yang berundak..."

    kata "Mu" kata penunjuk kepada Allah azza wa jalla.

    Thank's.

    ReplyDelete