March 21, 2009

Yang Menangis Yang Tersenyum

Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu (Sang Nabi - Khalil Gibran)
seikat dekade telah berlalu/
menjejak di tanah kaili/
berbekal semangat bertalu/
tinggalkan ikatan lepas temali/

dalam kenang tergambar jelas/
ratusan plontos berbaris memelas/
berpayung terik garang mentari/
berguling serentak ramaikan hari/

lihatlah dia gemar bertopi/
berpunggung ransel bagai pendaki/
melangkah ringan hendak menari/
tebar pesona setiap hari/

tiba saat musim paceklik/
rokok sebatang dihisap berdua/
berbagi asap walau tercekik/
dalam tangis tetap tertawa/

kisah lalu pernah menulis/
mengais rezeki sebagai kulitulis/
tenteng kamera kesana kemari/
jepret sana jepret sini/

kala itu waktu terbalik/
siang sebentar senja menitik/
ujung malam masih mengetik/
hingga subuh jari meringkik/

tengah bulan kantong menjerit/
bendahara ikut mendelik/
jatah honor hanya seiprit/
akhir bulan mata mendelik/

nyala biru tetaplah menyala/
demikian asa tersemat/
walau kini terpisah raga/
satu jiwa tetap semangat/

***
satu pesan untukmu sahabat/
titah sang nabi janganlah lupa/
tentang hidup di dalam gua/
tentang cahaya di dalam pekat/
Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini: "di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok." Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai,
Tapi kini aku terdidik perkara ini: Bahwa dalam keseluruhan waktu masa
kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, harus diraih sampai dapat. (Sang Nabi - Khalil Gibran)

dedicate to: Muhammad Iqbal, sahabat dalam hitam dan putih.

No comments:

Post a Comment