May 31, 2009

Pandangan Mata Khianat

MALAM baru saja pamit pada bintang saat senandung subuh mulai memenuhi ruang pendengaranku. Alunan suci kalamNya bersahut-sahutan dari pengeras suara yang terpasang di rumah-rumah ibadah kaum muslim itu sementara aku masih berkutat dengan diriku yang seakan tidak pernah lelah mengajukan pertanyaan tentang apa saja. Kali ini diriku mempertanyakan tentang pandangan mata yang berkhianat. Pertanyaan yang telah menyita tidurku sejak tiga hari silam.

Berawal dari sebuah pesan singkat yang siapa dan untuk maksud apa seseorang yang tidak dikenal mengirimnya ke kotak masuk telepon selulerku. Sesuai dengan namanya, isi pesan itu singkat saja, "hati-hati dengan pandangan mata khianat." "Akh, pesan apa pula ini," kataku membatin. Pesan itu membuat terngiang kembali di telingaku kata seorang sahabat yang mengatakan, tidak boleh seorang laki-laki memandangi wanita bukan muhrimnya. Pandangan pertama, lanjutnya, adalah rahmat namun lekaslah berpaling karena pandangan kedua dan seterusnya menjadi fitnah. Lalu aku bertanya apakah pandangan kedua itu yang disebut pandangan mata khianat? Siapa yang dikhianati, wanita itu atau diriku sendiri? Sahabatku membenarkan pandangan kedua yang membawa fitnah itu yang dimaksud khianat dan yang dikhianati adalah diri sendiri.

Aku pun terdiam dan tidak bertanya lagi namun bukan berati puas dengan jawaban itu bahkan muncul beberapa pertanyaan baru lagi yang membuat malam-malamku semakin panjang seperti malam ini.

Malam semakin jauh meninggalkan bintang azan pun telah berkumandang. Bangkit aku menuju tempat air sekedar 'tuk menunaikan kebutuhanku membersihkan diri agar kembali suci dari hadas besar dan kecil. Kutautkan diri di depan cermin lalu kulihat jelas wajahku, aku pun tersenyum melihat bayangan di cermin itu tanpa sadar ada terselip ujub dalam senyum itu. Seutas senyum kebanggaan, merasa bangga pada diri sendiri dan untuk sepersekian detik itu aku lupa aku hanya berasal dari air hina, lupa bahwa Allahlah yang Maha Indah yang telah menciptakan manusia dan menyempurnakan pembentukannya.

Fikiranku berhasil meperdayai aku, berhasil memutus tali Allah di saat seharusnya kugenggam erat sesaat sebelum menghadap bersujud padaNya. "Akh, pandanganku mengkhianatiku," hatiku menyesali kejadian itu. Tersentak aku mendengar kalimat yang bari saja meluncur dari batinku itu. Aku pun tersenyum, dan kali ini senyumku makin lebar, bukan senyum ujub, bukan senyum bangga pada diri sendiri namun senyum syukur padaNya yang baru saja mengajariku. Ya, pertanyaanku menemui jawabnya, pandangan mata khianat ternyata begitu sering aku lakukan yaitu pandangan yang apabila ia kembali padaku menjadikan aku lalai dari mengingatNya. Bukankah semua yang ada di depan kita adalah milikNya? Bukankah tidak ada sesuatu pun yang bergerak atau diam di muka bumi ini kecuali atas kehendakNya? Lalu mengapa saat pandangan kita melihat kecantikan seorang wanita dan pandangan itu kembali tidak bertambah iman kita karena menyadari bahwa wanita itu adalah ciptaanNya? Subhanallah begitu sempurnanya Allah Tuhan seru sekalian alam. Tidak, jika itu terjadi, pandanganmu telah mengkhianatimu.

Apakah cuma seputar wanita saja? Tidak, semua yang kau lihat adalah ayat bagimu. Tidak satu pun ciptaanNya di muka bumi ini yang sia-sia, pasti mempunyai maksud dan telah direncanakan oleh Dia Sang Maha Pembuat Rencana dan mempunyai dua hal sekaligus, petunjuk atau fitnah bagimu. Saat pandanganmu kembali dengan membawa petunjuk maka beruntunglah kamu, bukankah orang beriman itu jika dibacakan padanya ayat-ayat Allah maka akan bertambahlah iman mereka? Ya, ayat-ayatNya telah dibacakan padamu, lewat tingkah anak-anakmu, lewat perkataan yang kau dengar, lewat setiap gerak gerik keseharianmu sekecil apapun itu, sesepele apapun itu menurutmu, bacalah, bacalah dengan nama Tuhanmu semoga engkau termasuk beruntung dengan mengambil pelajaran darinya dengan bertambah-tambahnya imanmu. Lalu jika kau hanya mendapat fitnah saja saat pandanganmu kembali, mohon ampunlah padaNya, jangan putus asa, kembalilah padaNya, namun ketahuilah, pandanganmu telah mengkhianatimu!

Udara dingin masih tersisa, lamat-lamat suara azan masih terdengar, bergegas aku menuju asal suara itu. Diperjalanan kupanjatkan doa, Ya Allah sungguh engkau Maha Bijaksana, kuminta padamu ilmu, lalu Engkau ijabahi pintaku dalam kesempatan 'tuk belajar, Engkau masukkan aku ke dalam ujub agar aku mengenal ujub itu, Kau masukkan aku dalam keadaan kafir (tertutup) dan Kau berikan aku kekuatan untuk keluar darinya. Maha Suci Engkau Ya Allah, Alhamdulillah ala kulli hal. Lalu kuhardik diriku, hai diri yang hina, hai kau yang menyebut dirimu Zainal Ahmad, maka nikmat Tuhanmu yang mana yang akan dustakan?

@sabdabumi

No comments:

Post a Comment