January 30, 2011

Mendedah Rahasia Diammu

AKU berdiri di sebalik gelap mengawasi setiap gerik gemulai langkahmu.Tahukah? terang akan membunuhku mati kecuali jika kau lemparkan tali hingga gelapku gelapmu dapat menyatu tanpa sekat pun pembatas berupa terang yang menyengat itu.

Pernah suatu waktu menatapmu tepat di situ di mata kananmu, serupa mendaki lorong waktu yang tiba-tiba saja menghempaskan aku hingga ke dasar bayang. Ada nalar yang mati berganti rasa lalu bertumbuh entah bernama apa. Sorotnya yang sayu melesat serupa lembing lalu menancap di dada kiri; duhai, matamu puan, yang kanan itu, izinkan aku memujamu dalam diam.

Ya, dalam diam sayang hanya di dalam diam aku memujamu tanpa henti walau telah lewat ratus malam namun aku enggan beranjak darinya, rakus kucumbui desah kesah yang merekah dari setiap helai gelisah yang kau kirimkan ke relung jiwaku yang telanjang mengejang di hadapan diammu yang menyimpan rahasia.

Pernah juga kau menjengukku di dalam mimpi-mimpi malam. Walau saat itu peluhmu seharum cendana namun wangi sepah kamboja masih berserak di dalam kelambu, aromanya menyengat aneh penuhi udara hingga gelapku tidak menyadari hadirmu. Barangkali bila setelah lewat sekecupan basah di bibir cendana, wanginya mampu meretas kerontang bumiku.
Dan sesaplah sesap separuh nafasku, resaplah resap ke jiwaku mendedah sukma dengan nafasmu...
Pejamkan matamu sayang, lalu biarkan sukma melarung jiwa. Tidakkah kau lihat di sana ada sebuah pintu yang setengah terbuka. Usah kau mengintip dari lubang kunci, mawar hitam yang tertancap di gagangnya menjadi pertanda bagimu. Masuk saja, jangan hirau cahaya terang yang hendak mengusir gelap. Saat kau mendekap jiwa punya aku maka pun kau telah merengkuh jiwamu. Bukankah aku hidup dalam sukmamu?

@sabdabumi

No comments:

Post a Comment