Di waktu sahur kuretaskan kesahku hanya kepadamu berharap tidak satu pun ada yang tahu. Duhai, dengan namamu aku meminta, jadikan mataku do'a, jadikan telingaku do'a, jadikan kaki dan tanganku do'a, lalu jadikan seluruhku menjelma do'a, dan biarkanlah setiap isak do'aku menjadi puji-pujian kepadamu.
Namamu kasih adalah lagu pengusir sepi di tempat persinggahan ini. Pun angin menyanyikan namamu saat ia bersenandung dengan syair puja puji untukmu yang kutulis tadi malam.
O diri yang hina, kemana lagi kau dapat berpaling jika setiap pandang menuju yang ada hanyalah wajah kekasihmu. Belumkah tiba waktunya kau tunduk dan patuh?
@genta sangaji
No comments:
Post a Comment