Antara aku dan lelah jiwa,
berpacu bersama waktu.
Akh, serapah rindu,
sontak mendesak gerah.
Entah,
rindu buatku buta atau tuli.
Entah!
Aku hanya bisa melihat sosokmu,
hanya bisa mendengar bisikmu.
Selainmu : nisbi!
Aku cinta marahmu,
saat benci meluap,
saat muak membengkak.
Ah, kamu cantik...
Sudah, aku percaya kau.
dari mana ragu itu?
lipat empat lalu taruh di saku
atau selipkan di tong sampah.
Tahukah kau?
Yakinku padamu,
seperti keyakinan pantai
saat menunggu buih samudera,
seperti mentari di ufuk barat
yang menanti pagi di langit timur.
Hei, jangan menangis!
telah kurajut waktu
lalu kubangun titian
yang pernah kau gambar dulu
di dinding selatan rumahmu
Bila tiba saatmu,
tunggulah aku di ujung titian itu.
Bersolek tipis hingga merona
kenakan tanktop serta hotspan selutut,
lalu waktu akan berhenti.
Tahukah kau?
kutulis sajak ini
saat buncah rindu meronta
saat hitam anganku membara
Tanpamu : kelam!
@sabdabumi
*gambar : http://mutiara-islami.blogspot.com
No comments:
Post a Comment