December 16, 2009

Bila Century Gagahi Pertiwi

Seringai mentari membakar pertiwi, hembus angin hawa panas bawa erang budak-budak kehidupan. Geletar pecut meretas darah di punggung, paksa mereka penuhi nafsu serakah. Sedemikian hingga diri terlupa, diri yang telah tergadai di warung reot ujung jalan dengan harga yang sangat murah. Tidak cukup jika ingin ditukar dengan sehisap rokok kemuliaan.


Senja pun mulai menua, mengarak megamega jingga memerah. Rekah bongkah marah meleleh kotori relung hitam hati, menyusup sampai menyentuh bagian terdalam. Meranggas nurani jatuh satusatu ke tanah kering berdebu.


Pertiwi renta meringis perih kerontang, jauh teronggok di sudut semesta. Keremajaannya dilucuti oleh perilaku bejat penghuninya. Kecurangan yang paling keji dipertontonan, menari lihai bak pelacur jalanan. Inikah yang mereka sebut dengan peradaban?


Pertiwi teriris saat datang kisah angkara terbaru. Cerita tentang manusia-manusia serakah. Trilyun rupiah raib menghilang. Konon katanya digasak maling Century. Akh, pertiwi terengah lelah. Dua kakinya mengangkang gemetar. Birahi serakah anak bangsa semakin beringas, gagahi pertiwi, kangkangi ibunya sendiri.

Pertiwiku menangis namun belum lagi terdengar.


Tolitoli, Desember 2009


No comments:

Post a Comment