SENJA meremang coba hapus jejak dian surya temaram, malam bungkam enggan menyapa, rebah asa di tonggak serapah, merapal doadoa tentang esok yang keliru. Melayang aku merebak langit yang tujuh, menebar kasih hingga sepuh, pada jinggajingga yang merekah di ufuk barat. Saat kembali menjejak bumi, di ujung siang yang memudar, kutulis puisi tentang malam namun ia terlalu gelap untuk terangmu. Lalu jemari menari merangkai cerita tentang senja. Senja temaram yang tengah selimuti sekeliling pandang. Serak jejak pagi tersisa di sana , seakan hendak tegaskan diri, sepertimu yang tengah penuhi bingkai pandang.
Dan malam masih muda masih tersisa sendu di sudutnya, bintang setengah pun enggan tersenyum, layaknya wajah gadis belia merona. Ada senyum terkulum, seutas manis semanis madu, ada hati yang bernyanyi, nyanyian cerita cinta. Tirta Serlina namanya. Gadis belia yang tersenyum manja. Ujung mata nanarnya tatapku sayu, sela bibir tipisnya bernada, tak henti bersenandung riang.
Mataku lalu tertumbuk pada nyata. Tirta Serlina, jika kau bahagia, lalu mengapa kau terpekur di sudut sana ? Merenung katamu, bulir hangat yang jatuh di pipi tak kuasa berdusta.
Cinta Bicara
Nyalakan dulu suluh itu, biar terlihat cinta yang bersemayam. Bukan pakai mata, pakai hatimu, yang melihat dalam dengar. Hingga cinta tidak sayup bagimu dan tabirnya menipis layaknya siluet jingga yang menggantung di ujung pagi.
Hanya bisa sampai di situ. Hentikan! jangan buka lagi tabir itu. Api cintaku tengah menyala panas di tungku. Panasnya mampu membakarmu. Hangat yang kubagi cukup untuk menghapus gundahmu. Usah ragu, nyala ini akan terus menyala. Mendekatlah dekat, tanganku kan tetap terulur. Namun sekedar 'tuk usap penat di dada.
Lalu lihat di sana , di sudut gelap hatimu. Lihatlah rindu jiwa yang makin menderu, geliat rasa hingga membiru. Hati ringkih melengking pilu, ramai sepi dihujam sembilu. Sudut sunyi tempatmu mengeluh, terdengar suaramu mengaduh. menunggu saatnya bersatu, lalu asa beku membatu
Sintesa
Bulir di pipimu jatuh lagi. Kubawa sumbat di tutupnya. Sunyi yang kutitipkan kemarin begitu tebal hingga menghalau surya. Angkat saja tabirnya agar kau kuasa berfotosintesis dengan bayangku.
Tidakkah kau temukan sepotong senja yang kusimpan untukmu? Kuselipkan di sela gundahmu pagi tadi. Ia akan menjadi tanda bagiku layaknya bintang di ufuk timur. Letakkan ia tepat di sudut hatimu, agar kutemukan peraduanmu saat ku melintas di atas langit malammu.
Tirta Serlina, tidurlah kau di sabuk pelangi.
--- o0o ---
*Nama tokoh dalam tulisan ini rekaan belaka, mohon maaf bila ada terdapat kesamaan nama, itu hanya kebetulan saja.
No comments:
Post a Comment