April 10, 2010

Rindu Hitam Lelaki Sepi

SELAKSA tanya gelayuti jiwa yang menyerpih di sudut gelisah saat jauhmu tak mampu lagi kujangkau dengan kata. Satu dua puisi tercipta namun tidak cukup untuk menampung rindu yang tengah meluap di cawan sunyi.

Aih terbata kueja namamu saat imaji terangkai dalam deru gelora hasrat yang memburu. Cinta dan nafsu meramu di setiap helai nafas yang kuhela di sela gairah yang mengalir semakin deras menggerus bongkah rapuh akal sehatku.

Pun malam datang lagi membawa pekat meretas cekat di palung hati. Larut aku dalam sebentuk ilusi bidadari cahaya yang mencumbui sepat di dada tepat setelah senja merangsek masuk melalui celah retak di tembok nalar yang dulu kokoh menghalau setiap rasa saat sintal bayang tubuhmu menggoda jenuhku.

Malam semakin renta, aku masih di sini meringkuk tepat di gerbang dosa menatap nyalang langit suram sembari menyapa bayangmu yang jelas tergambar di balik siluet imajinasi tabu yang kerap mendera saat senyap merengkuh sendiriku.

Duhai kekasih kini kupanggil namamu sebisa bisa berharap kau sudi singgah sebentar mengusir dahaga jiwa yang menggurat semakin dalam di dinding sepi seperti jejak air di pelataran bumi kala menitisi bebatuan cadas yang runcing ujungnya hingga hadirmu dapat mengikis habis derita ini lalu menyatu kita dalam senggama rindu hingga pagi datang kembali.

@sabdabumi

*gambar : http://plukuthuk.wordpress.com/

1 comment:

  1. moga moga di sepertiga malam
    datangku padamu membawa lafaz lafaz rindu dan dendam yang tidak pernah cukup cukup
    membawa pintas pintas kemaafan saat terkadang engkau aku lupakan
    menyala nyala dosa yang hinggap di saat sunyi malamku,tabir putih terbentang depan mataku
    selaksa menghimpit menghambatku mencapai kaki syurga
    pun aku masih gelisah membilang hari,dalam mata yang basah...akan setiap hadir dan pertemuan
    akan setiap ajal dan maut
    yang telah terlafaz akadnya di Loh Mahfuz lagi..

    : nanar

    ReplyDelete