May 24, 2011

Senja, Celoteh Hujan dan Secangkir Kopi

Ada saung di belakang rumah. Berlantai papan atap rumbia. Tiangnya dari kaso lima tujuh. Rapuh terlihat, tapi cukup nyaman untuk berteduh. Tempat pilihan nikmati senja hari ini.

Usai mandi di awal petang, rebusan kopi sudah mendidih. Tersaji di cangkir putih. Harum aromanya wangi sekali. Bahkan mampu mengundang kenang masa lalu.

Lalu senja meluruh. Bersama cerita sendu. Menggoda hati yang merindu. Mungkin hendak mengetuk pintu ruang pilu.

Ah, andai perempuanku ada di sini. Tentu aku tidak akan serepot ini. Menghalau ngilu di dada. Akibat lebam rindu yang menjelaga.

Aha, untung saja hujan datang. Merinai deras di ujung senja. Berbagi cerita tentang bintang dan bumi. Ramai celotehnya menjadi lagu di senja yang basah.

Dan malam datang membayang. Celoteh hujan tetap terngiang. Bersama ampas kopi yang menghitam. Melekat pekat di dinding rasa.

Terima kasih hujan. Tetaplah menggenang. Setiap waktu setiap masa. Ramai celotehmu dan harum kopi di cangkir putih. Tidak akan pupus di dalam kenang.

Tolitoli, Maret 2011
ZAIN AL AHMAD
suatu senja di saung belakang rumah..

No comments:

Post a Comment