LEPAS siang, mendung bergelayut. Aih gerimis mengembun di jendela. Adalah senyummu membayang di bias bening kaca basah oleh angin sejuknya; yang selalu mampu hadirkan syahdu di dinding hati.
Tahukah? angin itu pula yang membawa pulang rinai renyah tawamu hingga menggema di sini; ruang gelap yang kau tempati sejak subuh itu. Sudah kukatakan bukan? bahwa jiwaku jiwamu saling merindu bahkan bila raga telah saling mendekap.
Senja pun menua, rintikmu masih di sini. Duhai kau perempuanku, yang semalam tadi kusebut kekasih; kutegaskan, cinta untukmu telah mengaliri nadi, pun resap di setiap inchi tulang darahku.
Entah, gerimis selalu hadir tepat di saat hati ingin menggenapi sosokmu, ketika jiwa hendak membuat peta menujumu.
Schatzi..
Ada gerimis di awal senja, mengendap di udara menggenang di bumi. Pada syahdu rintiknya, kamukah?
@sabdabumi
No comments:
Post a Comment