December 10, 2011
Bertanya Kepada Maut
percik-percik hening memukau jejiwa. bau dupa. aroma melati dan kapur barus bergantian memenuhi ruang udara. dingin mengendap di lipatan rasa yang perlahan pasi. menelisik hingga ke sum-sum tulang darah yang bertahap jadi nanah.
inikah rindu itu? bayang malam pada jalan basah di ujung lorong yang menyempit. debar jantung semakin sayup. getir melipir remah asa yang tersisa. duh!
o diri yang hina. kepada maut kusampaikan salammu. "untuk selembar jiwa ini. masihkah engkau memberi tangguh?" tanyaku merepih lirih di nadi.
~ Nal
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment