di lembah aksara
kulafadzkan namamu
mengeja makna terbata
hingga penuh seluruh
lalu,
kusebut kau...
: cinta!
yang menerangi langit malam
dan tetap terang walau tak tersentuh api.
dari jauh,
kukagumi bias sinar indahmu
namun kini kau redup
tatapmu teduh sayu memohon
ada harap kutemukan di sana.
Namun,
dengan apa ku menolongmu
sedang dua tanganmu tengah menjunjung pelangi
turunkanlah dulu,
raih kasihku hingga hujan datang lagi
dan waktu hendak menampakkan egonya
pisahkan ragaraga merindu
memaksa angan tuk melukis bayangan
melata perlahan di titian hening
pada angin,
telah kutitipkan pesanku
bersama doadoa di sela isak dan tawa
raih sabdaku saat ia sampai padamu
pun masa indah berlalu
derai tawa musnah sudah
ada rindu yang terlalu
ada sesal yang mendesah
dengarkan lirih suaraku
di antara derit kaki pekerja malam yang terseret pulang
saat deret mata manusia mulai terlelap
memanggilmu lantang berharap hadirmu hiasi sepi.
tapi kau tak datang sayang,
hanya mengutus sebaris sajak perih pilu
memerah rasa hingga kata merekah mesra
bingkai kenang tentangmu dalam puisi mendayu
lalu,
kusebut kau...
: cinta!
Tolitoli, Februari 2010
No comments:
Post a Comment