May 24, 2011

Dalam Desah Kusebut Namamu

senjakah yang kurindu?
atau semata ingin menemui hadirmu
pada sepoi angin sore di tepi campuhan ini
berharap ia tidak serakah lagi
bawa pergi wangimu untuknya sendiri
yang melekat di dedaun jati
seperti kemarin saat petang begini
aku hanyut dalam ambigu.

lalu kutelusuri lekuk parasmu
dari sebalik gelap yang berabu
ada kasih di sepasang mata
: genang merah berpendar semu
gegurat rindu menjejak di wajah ayu
serupa jejak air di tanah berbatu.

tapi aku belum lupa
pernah pula terbaca pesan di garis gundah
: dua garis tipis di dekat bibirmu
bahwa hidup tidak pernah berhenti berlari
bahwa diam tidak pernah berarti mati.
begitu kuat pesanmu
mungkin akan tetap terkesan sampai nanti di dalam mimpi
menjelma bidadari bertiara intan dengan tudung putih di wajahnya
turun perlahan menapaki bumi
seraya memberi kecup lembut di ujung jemari.

puan, kuingin kau tahu
tadi siang telah kucacah lisanku dengan belati
agar malam ini fasih kueja namamu
yang selalu saja bisa getarkan rindu
bikin merah, merahnya cinta di hati.


duhai puan,
dalam desah kusebut namamu
yang bertutur tentang bunga abadi
yang tumbuh mewangi di atas batu
lambang keteguhan perempuan sejati
dan bertutur tentang karunia Tuhan yang tak tercari
anugerah langit pada recik gerimis di malam hari.
maka panggil aku lelakimu
yang memujamu tak kenal tabu
yang merindumu tanpa malu
dalam desah kusebut namamu
: kerna kau puan, cinta dalam nafasku.
Tolitoli - 2011
ZAIN AL AHMAD

No comments:

Post a Comment